Mahligai Cinta Di Pelataran Kampus
Makalah Kajian Sabtu-Ahad
@Masjid Ibnu Sina FK UGM, Sabtu, 27 April 2013
Kampus..
Dari sinilah akar reformasi jiwa muda
Reformasi masa bermain indah SMA
Sebelumnya sekedar bercanda memikirkan kesenangan
Dari sinilah masa depan mulai ber-asa
Di kampus ini, mulai mengenggam tekad, bartaubat dari bersenang-senang
Di kampus ini, mulai berbilang cita dan memungguk amanah
Di kampus ini, mulai ter-ngiang ma’isyah, penopang hidup
Di kampus ini, mulai terbayang siapakah A’isyah-ku kelak
Siapakah A’isyah itu, yang cerdas mengingatkan kelalaian agamaku
Siapakah khadijah itu, yang melahirnya untukku para hafidz dan hafdizah
Siapakah Asiyah itu, yang sabar mendampingiku
Siapakah fatimah itu, yang bahagia-nestapa setia
Diakah sebagaimana Abu bakar, yang lembut dan berlimu membimbingku
Diakah sebagaimana Umar , yang kuat menegarkanku dalam istiqamah
Diakah sebagaimana Ustman, yang dermawan memanjakanku
Atau diakah sebagaiman Ali, yang muda dan cerdas memimpinku
Kan tetapi kudapati Al-Quran dan Sunnah
Agar tetap santai, tenang dan damai bersama ilmu
Sampai saatnya bergerak dan menjemput
Kemudian bertandang dengan jantan, melihat, berucap dan sah
Takkan mau seperti yang gelisah, berbolak-balik di sunyi malam
Takkan mau seperti yang bergulana, memendam rindu yang menyiksa
Takkan ingin seperti Qais yang menciumi tembok-tembok, berharap Laila cinta berbalik
Takkan ingin seperti yang bermuram dalam, menerima undangannya bersama yang lain
Ku kan tetap santai, tenang dan damai
Tidak bergelut dalam dunia seperti itu
Tidak akan menjamah sedikitpun
Sampai tiba saatnya berbuka puasa cinta
Mahligai cinta
Dimanakah mahligai cinta? kemana ia bersemanyam? Bagaimana jika ia sudah menusuk? Apa pula jika ia sudah menerawang?
Begitu banyak manusia yang mencoba mendefinisikan cinta, mencoba menguak misteri cinta, mencoba membuka tabir pengertian cinta dan mencoba meraba-raba apa yang tersembunyi di balik cinta dan mencoba memberikan arti pasti mengenai cinta. Namun sampai sekarang manusia belum mampu mendefiniskan cinta secara pasti dan jelas serta mewakili semua perasaan manusia yang pernah merasakan atau sedikit mencicipi cinta.
Hal ini telah dikemukan oleh Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullahu, ulama pakar hati, beliau berkata:
لَا تُحَدُّ الْمَحَبَّةُ بِحَدٍّ أَوْضَحَ مِنْهَا. فَالْحُدُودُ لَا تَزِيدُهَا إِلَّا خَفَاءً وَجَفَاءً. فَحَدُّهَا وُجُودُهَا. وَلَا تُوصَفُ الْمَحَبَّةُ بِوَصْفٍ أَظْهَرَ مِنَ الْمَحَبَّةِ
“Cinta tidak bisa didefinisikan dengan jelas, bahkan bila didefinisikan tidak menghasilkan (sesuatu) melainkan menambah kabur dan semakin kabur, definisinya adalah keberadaan cinta itu sendiri. Cinta tidak bisa digambarkan dengan gambaran yang lebih jelas dari perasaan cinta tersebut”.[1]
Jadi, biarlah cinta itu dirasakan oleh yang ingin merasakannya, karena definisinya tergantung orang yang merasakan dan gambarannya tergantung orang yang mampu menggambarkannya. Namun, tidak ada salahnya kalau kita melihat apa saja definisi cinta yang telah didefinisikan oleh orang-orang yang berusaha menyelami makna cinta.
Adanya yang mendefinisikan cinta dengan ungkapan:
من أحب أكثر من ذكره
“Barangsiapa yang mencitai, pasti akan banyak menyebut-nyebut/mengingat”
Maksudnya jelas, apabila kita mengklaim mencintai sesuatu kita pasti akan sering mengingatnya, sering bayangan yang kita cintai akan bermain dialam pikiran kita. laki-laki yang telah jatuh hati kepada seorang wanita, maka wanita tersebut akan sering dingatnya dalam segala kondisi. Bisa jadi saat makan, saat sholat, saat akan tidur bahkan laki-laki tersebut akan mengingatnya walaupun hanya sekedar melihat atau mendengar sesuatu yang berhubungan dengan wanita tersebut. misalnya hanya mendengar namanya jantungnya berdebar, hanya karena lewat di depan rumahnya hatinya akan bergetar atau hanya karena melihat sepatunya hatinya akan bergejolak.
Ada yang mengatakan bahwasanya cinta memiliki kekuatan,
betapa banyak orang yang mampu menahan puasa seharian penuh…
mampu menahan bekerja berhari-hari…
mampu menahan berdiri sholat semalam suntuk …
tetapi belum tentu dia mampu menahan gejolak cinta …
Illa man rahimahullah (kecuali mereka yang dirahmati Allah) …
gejolak cinta bagaikan gejolak air yang mendidih …
gelembun buih didihnya tidak tertahankan menuju keatas …
Ada yang mengatakan bahwasanya cinta adalah anugrah,
Karena cinta, meliuk satu dahan dengan dahan yang lain …
Karena cinta, rusa jantan tunduk pada rusa betina …
Karena cinta, burung pipit menghampiri bunga di tepi sungai …
Tapi lihat bagaimana tanpa cinta …
Akan menangis tanah yang kering terhadap awan yang hitam …
Bumi tidak akan tertawa walaupun bunganya berkembang di musim semi
Dan tanpa cinta ….
tidak ada lagi bahu untuk bersandar dan …
tidak ada pula pangkuan untuk menangis ..
[terisnpirasi dari Ustadz Armen Halim Naro, Lc rahimahullah]
Ada yang mengatakan bahwasanya cinta adalah melemahkan
Lihatlah seorang laki-laki dengan segala kebesarannya…
Jalannya yang tegak dan gagah…
Otot kekarnya yang menopang teguh badannya…
Bibir dan lidahnya yang bersuara lantang…
Tatkala bertemu dengan pujaan hatinya…
Melemahlah badannya…
Seakan-akan lepas sendi-sendinya…
Bibirnya kaku tak mampu berbicara…
Dan ilhatlah wanita dengan segala kemanjaannnya…
Tatkala bertemu dengan tumpuan hatinya…
Pipinya yang merah semakin memerah…
Dan pandangannya yang tunduk semakin menunduk…
Akan tetapi mencuri pandang…
Ada juga yang mengatakan bahwasanya orang yang jatuh cinta
Pertama kali kepincut…
Lalu terhanyut…
Kemudian bertekuk lutut…
Cintanya laksana kentut…
Jika ditahan sakit dan jika dikeluarkan malu…
Namun ada yang kurang setuju memisalkan cinta dengan kentut. walaupun kenyataan cinta jika di tahan sakit dan dikeluarkan malu, akan tetapi perkara cinta terlalu agung jika di misalkan dengan kentut.
Begitu banyak definisi tentang cinta dan manusia berusaha mendefinisikan cinta dengan berbagai cara, mereka mendefinisikan dengan berbagai sudut pandang, namun terlepas dari itu semua penulis yakin bahwa pembaca tidak perlu mengatahui definisi yang global dan menyeluruh mengenai cinta kerana setiap manusia pasti akan merasakan cinta dan akan mengerti apa itu cinta seiring dengan terus berputarnya jarum jam dan berjalannya waktu
Kehidupan kampus
Bagi para pemuda yang peduli terhadap agamanya, ada satu dari berbagai ujian yang dihadapkan kepada mereka, yaitu permasalan cinta asmara. Tidak pelak lagi, penyebabnya adalah bercambur baur laki-laki dan wanita dengan berbagai interaksi selama di kampus. Melirik ketika praktikum, berjumpa di jalan, beradu argumentasi ketika diskusi serta berbagai pandangan yang cepat atau perlahan berubah menjadi pendangan kekaguman, pandangan keserasian dan pandangannya yang berjiwa muda.
Oleh karena itu Islam mengatur agar kita meminimalkan ikhtilat/bercampur baur laki-laki dan wanita. Para Sahabat radhiallahu ‘anhum saja, dengan keimanan mereka, ketika bertanya kepada Istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam –dengan keimanan mereka juga-, harus bertanya dibelakang hijab.
Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعاً فَاسْأَلُوهُنَّ مِن وَرَاء حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ
“Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Al-Ahzab: 53)
Nah, bagaimana dengan kita yang keimanan kita di bawah keimanan mereka?
Berat menjaga hati di kampus
Kita sudah tahu bahwa kita diperintahkan menundukan pandangan, baik itu laki-laki. Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (An Nur: 30)
Dan wanita juga menundukkan pandangan, Allah Ta’ala berfirman,
Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya.” (An-Nuur : 31)
Akan tetapi jiwa muda terkadang memberontak, terkadang mata tidak berkedip walaupun ia sudah tertunduk malu. Terakdang mata seolah melirik secara otomatis kepada dia yang sednag menyeberang jauh. Tidak heran karena, ia adalah kencendrungan hati terbesar.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا تَرَكْتُ بَعْدِى فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
“Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah (cobaan) yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki yaitu (fitnah) wanita.”[2]
Wanitapun demikian, ia saudara kandung laki-laki memiliki perasaan yang sama, memiliki kebutuhan yang sama, lebih-lebi ditambah buaian pujian dan janji angan-angan.
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إنما النساء شقائق الرجال
“Sesungguhnya wanita itu saudara kandung laki-laki.” [3]
Cinta yang tidak halal, bukan urusan kita
Hal ini banyak dan cukup melimpah di kampus, mengotori pojok-pojok taman, membuat resah di ruang kuliah dan menggangu pemandangandengan mengetahui hadits ini, di mana Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam besabda
أَلاَ لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ لاَ تَحِلُّ لَهُ ، فَإِنَّ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ ، إِلاَّ مَحْرَمٍ
“Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal baginya karena sesungguhnya syaithan adalah orang ketiga di antara mereka berdua kecuali apabila bersama mahromnya.”[4]
Maka tahulah kita bahwa yang seperti ini bukan urusan kita, jika engkau jumpai dan ia dekat denganmu, lebih baik kau nasehati segera menikah saja.
Akan tetapi tidak sedikit, seroang aktivis dakwah kampus ikut berkubang, terbawa arus dan terbuai mimpi. Merasa iri dan ingin melihat sejoli memadu kasih yang semu dan sementara. Padahal ia hanya terasa di awal-awal saja. Selebihnya… pertengkaran, cemburu, salah duga, ngambek dan cuek yang mendominasi. Akibatnya pita sayang digunting dantali kasih diputus. Begitu seterusnya sampai tali habis tidak bercabang dan tidak bsa disambung, jadilah ia wanita dengan berbagai bekas dan akan malu tidak mempersembahkan yang asli dan ranum, tak terjamah kepada suaminya kelak.
Persaingan cinta sesama aktivis dakwah
Janganlah kita salah menduga, jangan kira kubangan yang satu ini airnya tidak beriak. Akan tetapi ia danau yang bergelombang besar. Hanya saja danau ini dibalik pegunungan yang tidak terlihat atau terbaca kecuali oleh orang-orang yang mengetahui.
Persaingan itu beraaat. Gerakan bawah tanah yang tersusun rapi. Ada yang patuh dijalur syariat, dengan tiba-tiba saja menyebar undangan di pelosok-pelosok kampus dan peredaran dunia maya. Ia langsung membuatnya legal dan sah. Maka ada yang berlinanglah air matanya membasahi jilbab pojok kamar, ada juga yang sejak menerima undangan tertuntuk lesu, otot laki-lakinya seolah-olah lemah mengangkat tulang dan badannya. Maka ada yang turut bergembira, maka ada yang bersedih, bermuram dan memaksa diri untuk ikut berbahagia.
Dan ada juga yang keluar dai jalur syariat, kata cinta di balik SMS, kata sayang di inbox email dan kata rindu di balik layar dunia maya. Padahal mereka berjenggot, celana mereka di atas mata kaki dan aktif menenteng dakwah. Padahal mereka menutup sempurna, merendahkan suara, dan menenteng Al-Quran di dada mereka.
Hal ini bisa saja terjadi, akal yang istiqamah hilang.Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَذْهَبَ لِلُبِّ الرَّجُلِ الْحَازِمِ مِنْ إِحْدَاكُنَّ
“Tidaklah aku pernah melihat orang yang kurang akal dan agamanya sehingga dapat menghilangkankan akal laki-laki yang teguh selain salah satu di antara kalian wahai wanita.”[5]
Okelah jika ia bisa menahan godaan syaitan, karena Allah ‘azza wa Jalla berfirman,
إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفاً
“sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.” [An-Nisa’:76]
Tapi jangan pecaya diri dulu dengan godaan wanita, karena Allah ‘azza wa Jalla berfirman,
إِنَّ كَيْدَكُنَّ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya tipu daya kalian para wanita adalah besar/adzim” [Yusuf:28]
Jika jantan, segera bertamu ke rumahnya
Jika telah sama-sama ridha, merasa hati kelak akan bersatu, merasa ia adalah patner yang tepat, saling bahu-membahu meraih cinta Allah. Maka, temui bapaknya, katakan anda hendak meminta bapaknya agar melapas tanggung jawabnya kepada anda atas izin Allah. Anda bisa datang seorang diri jika percaya diri, atau minta ditemani jika masih malu
Tunjukan keseriusan dan pengorbanan anda. Walaupun rumahnya diujung pulau anda datangi, walaupun harus naik-turun bus, menyambung puluhan angkot, dan menyusuri barbagi cabang rel kereta api. Anda tidak akan mundur. Karena wanita ingin keseriusan agar tidak mengambang dibawa arus. Karena wanita lemah dan bisa “klepek-klepek” dengan pengorbanan laki-laki. wanita tidak tahan terhadap pengorbanan keras laki-laki demi mencari mencari cinta halalnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لم ير للمتحا بين مثل النكاح
“Tidak diketahui [yang lebih bermanfaat] bagi dua orang yang saling mencinta semisal pernikahan”[6]
Bagaiman kuliah saya, apa saya hanya kasi makan cinta, siapa yang mengurus jika terlahir generasiku? Maka ini membutuhkan pertimbangan di atas pertimbangan, orang tua, calon mertua, ustadz, guru, teman terdekat dan mereka yang sudah berpengalaman mengakumulasi cinta halal, kampus dan kesuksesan.
Jika tidak bisa segera menikah, maka santai, tenang dan damai, urusan cinta setelah kuliah
Fokuslah pada Ilmu, pengembangan diri, menghapal Al-Quran dan hadits, menuntut ilmu agar kelak menjadi manusia yang paling memberikan manfaat. Maka hidup lebih tenang, tidak terusik dan tidak terganggu.
Tidak coba-coba mendekat dengan bergosip ria:
“ si fulanah cantiknya 8 tapi si fulanah lebih cantik lagi nilainya 8,5”
“si fulanah asalnya daerah A, sama dengan daerah antum”
“ada akhwat ngetop, akhwat kedokteran lho, katanya jadi asisten anatomi, dah lama ngaji, katanya sih banyak yang ngincer, namanya sampai universitas di pulau A …”
Tidak mencoba memboking:
“ukhti, nampaknya hati saya sudah bertaut kepada ukhti, insyaAllah saya serius sama ukhti, nanti saya akan nikahi ukhti LIMA TAHUN LAGI setelah saya lulus dan dapat kerja”
Tidak mau tahu dengan persaingan cinta tidak halal aktivis dakwah
Tidak ikut dalam hirup-pikuk ta’aruf palsu yaitu TTM (Ta’aruf Tapi Mesra)
Pokoknya saya tidak ikut, tidak mau tahu dan tidak berkecimpung dulu
Biar mereka sajalah, kami sementara sibuk bertemankan kitab-kitab di rak kamar, sibuk mendatangi majelis, sibuk menyetorkan hapalan, sibuk berbakti mencari senyum ayah, sibuk menyelesaikan amanah kuliah dari ibu, sibuk menjadi panitia atau bisa juga sibuk memulai bisnis kecil-kecilan sebagai pengalaman.
Karena kami yakin dengan Janji Allah pencipta kami,
الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (An-Nur: 23)
Pernahkah kalian berpuasa? Menahan makan dan minum, kemudian kalian berbuka, aduhai nikmatnya. Ya, kami juga berpuasa dari hal tadi, karena kami ingin sama-sama berbuka dengan nikmat, berbuka dengan wanita pencemburu bidadari surga. Maka dikatakan kepada kami –isnyaAllah-dalam surga dunia,
وَآتُواْ النَّسَاء صَدُقَاتِهِنَّ نِحْلَةً فَإِن طِبْنَ لَكُمْ عَن شَيْءٍ مِّنْهُ نَفْساً فَكُلُوهُ هَنِيئاً مَّرِيئاً
“Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan . Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.” [An-Nisa: 4]
Kita sudah tahu kebahagiaan berbuka puasa dari khabar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
للصائم فرحتان : فرحة عند فطره و فرحة عند لقاء ربه
“Orang yang berpuasa memiliki 2 kebahagiaan: kebahagiaan ketika berbuka puasa dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-Nya kelak”[7]
Demkianlah bahagia kami berbuka puasa cinta.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
@Pogung Lor-Jogja, 13 Jamadis Tsani 1434 H
Penyusun: Raehanul Bahraen
silahkan like fanspage FB dan follow twitter
[1] Madarijus Salikin 3/11, Darul kitab Al-Arabi, Beirut, cetakan ketiga, Asy-Syamilah
[2] HR. Bukhari no.5096 dan Muslim no.7122
[3] HR. Ahmad no.26195, hasan lighairihi, tahqiq Syu’aib Al-Arna’uth
[4] HR. Ahmad no. 15734. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan hadits ini shohih dilihat dari jalur lain
[5] HR. Bukhari no. 304
[6] HR. Ibnu Majah no. 1847, Al-Hakim 2/160, Al-Baihaqi 7/78 dishahihkan oleh Al-Albani dalam As- silsilah As-shahihah no. 624
[7] HR. Muslim, no.1151
Artikel asli: https://muslimafiyah.com/mahligai-cinta-di-pelataran-kampus.html